Cahaya di Penjuru Hati: Sebuah kisah yang menyihir setiap insan pembaca
Sebuah
kisah hidup yang penuh liku disajikan dengan sangat apik oleh penulis favorit
saya, Alberthiene Endah. Bagi
sebagian orang, mungkin kisah hidup alias biografi tergolong membosankan,
karena alurnya yang begitu-begitu saja tanpa ada bumbu-bumbu fantasi di
dalamnya. Bagi mereka penikmat biografi, tentu, biografi menyajikan kekhasannya
sendiri yang membedakannya dengan jenis buku lainnya. Namun, kali ini, saya
kira kisah pemilik Andi Publisher mampu
menyihir setiap pembacanya dalam dunianya, tanpa terkecuali.
Alurnya sangat
menarik
Pada setiap babnya, kisah diawali dengan kondisi pada
tahun 2014, di mana J.H. Gondowijoyo berada
pada titik kritis hidupnya untuk kesekian kali. Belahan jiwanya, jantung
hatinya, bidadarinya, Liliawati
Gondowijoyo tertidur selama beberapa waktu lamanya dalam ruang ICU. Namanya
saja belahan jiwa, J.H. Gondowijoyo dikisahkan sungguh amat sedih dengan
kondisi tersebut. Dengan setia, ia menemani sang istri tercinta ditemani
suasana mencekam khas ICU. Sembari menanti mata sang istri kembali terbuka, pikirannya
melayang pada setiap momen dalam hidupnya yang menghantarkannya menjadi seorang
yang sukses saat ini. Dalam setiap awal bab pula, disertakan ungkapan-ungkapan
yang menunjukkan betapa berharganya Liliawati dimata J.H. Gondowijoyo. Tidak
tanpa alasan perasaan J.H. Gondowijoyo tersebut. Nantinya, di setiap bab akan
menyuguhkan pembuktian yang dapat mendukung betapa berharganya Liliawati, tidak
hanya bagi J.H. Gondowijoyo dan keluarga, tapi juga bagi banyak orang.
Kisah Perjuangan yang
Epik
Kisah masa kecil yang begitu merana dialami oleh J.H.
Gondowijoyo beserta keluarganya seolah menjadi refleksi kita saat ini, terutama
bagi kaum muda. Banyak hal yang saya kagumi dari keluarga melarat asal Sidoarjo
ini. Pertama, sekolah adalah hal yang
sangat penting dan utama. Sesusah apapun hidup yang mereka tanggung karena
permasalahan finansial yang pelik, kedua orang tua J.H. Gondowijoyo berusaha
menyekolahkan anak-anaknya di sekolah yang terbaik. Kerja keras banting tulang
rela mereka lakukan, asalkan anak-anaknya dapat mengeyam pendidikan yang layak
sebagai bekal untuk lepas dari permasalahan finansial. Kisah semasa sekolah
hingga kuliah yang dialami oleh J.H. Gondowijoyo membuat hati merasa sangat
nelangsa, sekaligus terinspirasi. Bagaimana perjuangan keluarga yang tidak
mampu agar anak-anaknya mampu meraih pendidikan yang baik, bagaimana perjuangan
anak-anak yang sadar diri untuk mengejar bangku pendidikan dengan berbagai
cara. Sungguh, anak muda wajib untuk membacanya. Sering kali banyak di antara
kita yang sudah berkecukupan menyia-nyiakan kesempatan emas pendidikan ini,
sedang mereka yang harus berusaha lebih untuk mendapatkan kesempatan itu
berteguh merebut kesempatan yang sama. Fenomena yang sangat miris namun
tersebar luas di masyarakat. Kedua, kehidupan
iman menyokong kehidupan sehari-hari. Sungguh luar biasa ketika keluarga
ini mampu melihat sisi positif dan terus mengandalkan Tuhan di tengah
keterbatasan yang melingkupi mereka. Sejak kecil, ibu J.H. Gondowijoyo-lah yang
berusaha keras menumbuhkan iman dari anak-anaknya. Alhasil, di kemudian hari
J.H. Gondowijoyo memiliki kehidupan iman yang sangat luar biasa, juga hasil
dari pendidikan sekolah kehidupan. Tak heran, J.H. Gondowijoyo pun dikemudian
hari menghasilkan anak-anak yang tangguh seperti dirinya dan Liliawati.
Cinta, Dasar Kokoh
yang Menguatkan
Nah, pada bagian ini, akan semakin memikat mereka
yang sedang kasmaran. Orang yang melankoli akan dengan mudah meneteskan air
mata, terutama ketika cinta sepasang anak manusia ini sampai pada usia
pernikahan yang tak lagi muda. Bukan kisah romantis dengan nuansa bunga-bunga,
kejutan, ataupun makan malam di atas gedung pencakar langit. Namun, kekuatan
cinta yang menggiring mereka dalam mengarungi rumah tangga. Sungguh, sangat
luar biasa.
Keduanya sangat berbeda. J.H. Gondowijoyo berasal
dari keluarga miskin yang selama menempuh pendidikan di Jogjakarta hidup serba
pas-pasan: bersepeda tua, keramas dengan sabun mandi, tinggal di kamar kost
yang sempit nan pengap, dan mengerjakan apapun yang mampu menghasilkan rupiah.
Sedang Liliawati berasal dari keluarga terpandang dan memiliki villa di kawasan
Kaliurang: berparas ayu, banyak pria yang tergila-gila padanya, berhati lembut,
dan punya apapun yang dibutuhkannya. Bak kisah di negeri dongeng, Liliawati
bersedia dinikahi oleh seorang J.H. Gondowijoyo dengan memulai segalanya dari
nol. Dikenalkan ke keluarga dengan mengendarai motor dari Jogjakarta ke
Sidoarjo. Mengontrak rumah tanpa satupun perabot. Memulai hidup yang sarat
perjuangan. Mengentas permasalahan finansial dari dasar. Emosi yang masih
sama-sama memuncak karena masih dalam proses pendewasaan. Sesusah apapun keadaannya,
Liliawati selalu berada di samping J.H. Gondowijoyo, menjadi seorang partner serta supporter yang amat setia. Sungguh, Liliawati sosok perempuan yang
patut dikagumi serta dicontoh perempuan-perempuan lainnya.
Perjalanan rumah tangga tidak mudah dilalui oleh
sejoli ini. Merangkak dengan perlahan namun pasti, akhirnya keduanya mampu
mencapai kedewasaan, mencapai kebebasan finansial, membangun keluarga yang
sejahtera. Iman dari J.H. Gondowijoyo pun semakin ditumbuhkan berkat Liliawati.
Namun, hidup tak selalu berpihak pada keluarga mereka. Musibah demi musibah
terus terjadi, mengasah diri, kesetiaan satu sama lain, serta iman mereka pada
Tuhan. Luar biasanya, seberat apapun musibah yang mereka alami, mereka selalu
mengandalkan kekuatan Tuhan di atas segalanya. Mungkin dapat dikatakan bahwa
suami-istri Gondowijoyo ini adalah relationship
goal.
Penutup yang Manis
Semakin lama, kita akan semakin di bawa larut dalam
romansa dalam ujud kesetiaan satu sama lain ketika usia tak lagi muda, wajah
tak lagi rupawan, badan tak lagi memikat. Setiap kalimat yang diluncurkan oleh
J.H. Gondowijoyo menampilkan betapa besar cintanya untuk Liliawati. Dalam
kondisi sakit keras, J.H. Gondowijoyo mendampingi istri tercinta dengan tidak
melupakan perannya sebagai ayah serta pemimpin dalam berbagai perusahaan dan
organisasi yang di bawahinya.
Dua
buah puisi menjadi penutup yang manis dari kisah hidup penuh lika liku ini.
Puisi yang mengalirkan cinta dari Liliawati pada J.H. Gondowijoyo dan
sebaliknya. Setiap diksi yang ditorehkan seolah memancarkan kekuatan cinta yang
terlampau kuat. Puisi ini seolah menjadi peneguh atas perjalanan panjang yang
telah dilalui oleh ayah empat orang anak ini.
Komentar
Posting Komentar